Rabu, 27 April 2022

Muslimah sebagai Istri dan Ibu

 



Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh,

Shalihah, dimanapun kalian berada semoga selalu dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Terlahir sebagai perempuan merupakan sebuah keistimewaan yang patut kita syukuri, karena sebelum datangnya islam, kaum wanita dipandang hina, tanpa dosa dan kesalah dikubur hidup-hidup hanya karena seorang wanita.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS An-Nahl : 58-59)

Kemudian islam datang dan mengangkat derajat wanita, menjaga dan memuliakannya. dalam sabda Rasullullahu 'alaihi wa sallam, mengingatkan umat islam untuk menghargai dan memuliakan kaum waita.


اِسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

 “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim)


Tahukah, shalihah? Wanita memiliki kedudukan yang tinggi dalam islam, pengaruhnya besar dalam kehidupan. Karena wanita muslimah menjadi madrasah pertama untuk anak-anaknya, dalam mencetak generasi yang shalih, ketika dia berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah nabi.

Memiliki peran yang sangat penting, dan banyaknya tanggung jawab yang harus dipikul. sebelum menikah dia adalah anak dari kedua orang tuanya, setelah menikah menjadi seorang istri, kemudian setelah mempunyai anak bertambah peran menjadi seorang ibu.

Shalihah, tentu bukan hal yang mudah menjalankan 2 peran utama sekaligus, bahkan 3 peran utama yakni, menjadi wanita shalihah, istri yang taat kepada suami dan ibu peradaban. Dibutuhkannya ilmu agar dapat menjalankan peran dengan baik, belajar dan terus belajar, membekali diri dengan berbagai pengetahuan, mempelajari ilmu agama agar bisa mengetahui hukum halal dan haram, serta baik akhlaknya.


  •          Muslimah sebagai istri

Setiap muslimah yang telah menikah, tentu menginginkan kebaikkan, kebahagiaan, tentram dan langgeng dalam kehidupan rumah tangga. Namun terkadang yang terjadi di tengah-tengah, ada pertengkaran dan perselisihan.  dalam menghadapi problematika rumah tangga, dibutuhkannya sikap bijak dan kesabaran, karena ada hak-hak suami yang menjadi kewajiban istri yang harus tetap dilakukan.

Salah satunya ialah taat kepada suami, istri shalihah tentunya akan mematuhi perintah suami, pada hal-hal kebaikan dalam agama, bentuk-bentuk perintah yang tidak melanggar dengan syari’at. Tentu hal-hal yang Allah Ta’ala perintahkan kepada hambaNya,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.(HR. Ahmad).


Namun, jika suami memerintahkan kita melakukan hal-hal kemaksiatan, meminta untuk melepas jilbab, melakukan kesyirikan, melalaikan perintah Allah Ta’ala, maka kita boleh untuk tidak patuh pada perintahnya, hal yang harus kita lakukan ialah menasehatinya dan berbicara dengan lemah lembut.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ

Tidak ada ketaatan dalam perkara maksiat. Ketaatan itu hanyalah dalam perkara yang maruf (kebaikan)” (HR. Bukhari dan Muslim).


Peran sebagai seorang istri selain taat ialah terus menyenangkan suami, menjadi ibu rumah tangga yang baik. Ketika suami merasa kesulitan, mengalami kegundahan, hingga mengalami keterpurukan, istri lah yang membantu dan menenangkan serta menyemangatinya.

Ibunda Khadijah Radhiyallahu 'anha sepatutnya kita jadikan teladan dalam menjalankan peran sebagai istri, mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam di masa awal kenabiannya. Ketika Rasulullah merasa ketakutan terhadap wahyu yang diberikan kepadanya, dan merasa kesulitan, khadijah menjadi obat penenang bagi Rasulullah, senantiasa percaya dan yakin kepadanya.



  •         Muslimah sebagai seorang ibu

Faktor utama dalam mendidik anak adalah seorang ibu, jika ingin anak shalih/shalihah maka kedua orang tuanya harus shalih, terutama ibunya, karena ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Orang Arab mengatakan,

الأُمُّ هِيَ المدْرَسَةُ الأُوْلَى فِي حَيَاةِ كُلِّ إِنْسَانٍ

Ibu adalah sekolah pertama bagi kehidupan setiap insan.


Shalihah, kita bisa mengambil contoh pada Maryam binti Imran, ayahnya adalah Imran bin Matsan yang nasabnya terhubung hingga ke nabi Daud ‘alaihis salam. Ayah Maryam merupakan orang yang shalih, tak mungkin Maryam berprilaku jelek, dan ibunya Hannah binti Faquda yang merupakan wanita shalihah. Semua berawal dari orang tua yang baik maka anak itu menjadi baik.

Menjadi teladan yang baik dalam sikap dan tingkah laku didepan anak, merupakan hal yang penting karena membawa pengaruh yang lebih besar pada anak, jiwa manusia itu lebih mudah mengambil teladan dari contoh yang terlihat di hadapannya.


Syaikh Bakr Abu Zaid, ketika menjelaskan pengaruh tingkah laku buruk seorang ibu dalam membentuk kepribadian buruk anaknya, beliau berkata ;

Jika seorang ibu tidak memakai hijab pakaian yang menutup aura, tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah tanpa ada alasan yang dibenarkan agama, suka berdandan dengan menampakkan kecantikannya di luar rumah, senang bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahramnya, dan lain sebagainya. Maka ini secara tidak langsung merupakan pendidikan yang berupa praktek nyata bagi anaknya, untuk mengarahkannya kepada penyimpangan akhlak dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa kesadaran untuk memakai hijab pakaian yang menutup aurat, menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta memiliki rasa malu, inilah yang dinamakan denganpengajaran pada fitrah manusia".

Tidak ada peran yang lebih mulia dan mendatangkan banyak pahala, melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang diridhoi Allah Ta’ala.


Namun shalihah, jangan sampai ketika kita terlalu fokus dalam mendidik anak, kita sampai lupa peran kita sebagai istri untuk suami kita. Sampai-sampai kita mengabaikan hak-hak untuk suami kita, ketika mendidik anak-anak mendatangkan pahala yang besar, tetapi ternyata kita juga mendapatkan murka Allah Ta’ala karena mengabaikan tugas kita sebagai seorang istri, Naudzu billahi min dzalik (semoga Allah melindungi kita dari terjerumus dalam hal semacam itu).

shalihah, sungguh  tidak mudah untuk kita menjalankan dua peran utama sekaligus, maka perlunya  kita untuk terus belajar dan belajar agar mudah menjalani peran penting yang akan kita emban. semoga Allah Taala senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita para wanita muslimah, agar kita menyadari mulianya tugas dan peran kita dalam Islam, dan agar kita senantiasa berpegang teguh dengan petunjuk-Nya dalam menjalankan peran dan dalam urusan-urusan kehidupan lainnya.



Sumber :

https://muslim.or.id/

https://muslimah.or.id/

https://rumaysho.or.id/

https://almanhaj.or.id/

-Khadijah binti Khuwailid- Part 1

"Khadijah binti Khuwailid Part 1" Sumber: Silsilah Ummahatul Mukminin Dia adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin...